Andalusia Jejak sejarah Islam yang hilang



Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini, banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti lewat jalur perdagangan di Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah daulah Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol Islam).
Bani Umayyah merupakan penguasa islam setelah khulafaur Rasidin yang berhasil melebarkan kekuasaannya sampai benua Eropa. Di Tahun 771 M, pasukan Islam di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad berhasil menguasai Gibraltar (Jabal Tariq) dan berhasil menaklukkan kota-kota penting seperti, Cordoba, Granada dan Toledo kemudian secara berangsur-angsur wilayah Andalusia dapat dikuasai oleh pasukan Islam. Sejak itulah dimulai babak baru kekuasaan Islam di Andalusia.
Daulah Bani Umayyah Andalusia berakhir setelah tiga setengah abad berkuasa di Andalusia yaitu pada tahun 1031 M. Sewaktu wibawa daulat Umayyah mulai lumpuh, maka gubenur-gubenur setempat telah membebaskan dirinya dan membentuk kerajaan-kerajaan setempat di wilayah masing-masing. Inilah yang dipanggilkan dengan Muluk-al-Thawaif didalam sejarah Islam di Andalusia, yakni raja-raja setempat. Para Muluk-at-Thawaif  ini masih sempat berkuasa 461 tahun lamanya di Andalusia, yakni sampai tahun 1492 M.(Yoesoef Sou’yb. 1984 : 14).
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. (Badri yatim, 2006 : 93). Di masa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. (Ensiklopedia Islam, 1997 : 133).
Spanyol (salah satu bagian wilayah Andalusia) merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.(Badri Yatim, 2006 : 108)
Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-Islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan ilmu pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Tak heran, waktu itu pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.
Pada periode 912-1013 M, umat Islam di Andalusia mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan Daulah abbasiyah di Bagdad. ( badri yatim, 2006 : 97). Ketika jayanya kebudayaan Islam, di Andalusia didirikan Universitas-universitas Islam. Tidak sedikit dari mahasiswa-mahasiswa Eropa Barat yang menuntut ilmu di sana. Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. (Badri Yatim, 2006 : 109)
Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Mereka inilah yang telah membawa perubahan cara berpikir di Eropa barat, dengan cara mengembangkan pemikiran filsafat terutama aliran Averroeisme yang mengajarkan tentang logika dan pemikiran rasional.( Yunasril Ali, 1991 : 98)
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa telah berlangsung sejak abad 12 M. Dalam abad ke 14 timbul gerakan kebangkitan kembali untuk mencernakan pustaka Yunani yang berhasil diselamatkan, dipelihara dan dikenal berkat terjemahan-terjemahan Arabnya. Dari bahasa Arab karya-karya tulis tersebut diterjemahkan kembali dalam bahasa Latin. Walaupun tidak terlalu besar, namun ada pengaruh Islam yang masuk Eropa melalui Perang Salib. (Al Hamid Al Husaini, 1993 : 925)
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin. (Badri Yatim, 2006 : 110)
Terjemahan bahasa Yunani, Persia, Hindu, dan Syiria semurni penerjemahan karya-karya muslim dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin, diperkenalkan konsep-konsep baru pengetahuan Eropa, penelitian Skolastik seperti matematika, sejarah, dan eksperimen. Paling penting penerjemahan-penerjemahan ini merupakan bagian terbesar dari ilmu pengetahuan klasik dan ilmu pengetahuan muslim serta karya-karya unggulan.(Mehdi Nokosteen, 1996 : 240)
Ketika kekuasaan Islam mulai mundur pada abad 14 M, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politi dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan kemajuan dalam bidang Ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Andalusia, dari universitas-universitas di Andalusia ini Eropa banyak menimba ilmu.
Sumbangan daulat Islam di Andalusia terhadap renaissance di Eropa ini sangat menarik untuk diteliti karena kontribusi daulat Islam di Andalusia dalam mempertahankan dan menggembangkan warisan pengetahuan dari Yunani sangat nyata. Umat Islam bukan hanya menjaga, akan tetapi juga mengembangkan Ilmu warisan Yunani tersebut. Banyak buku-buku peninggalan dari Aristiteles, Plato, Sokrates yang diterjemahkan dan dikembangkan oleh ilmuwan Islam. Akulturasi antara budaya Islam dan Yunani ini melahirkan pengetahuan Greco-Muslim.
Keadaan perkembangan filsafat Yunani, ketika pertemuan awal dengan umat Islam sedang berada pada titik yang terendah, bahkan hampir punah karena ditekan dan diabaikan oleh penguasa saat itu. Wacana keilmuan Yunani menemukan penyelamatnya yang mampu membangkitkan kembali semangat lama beserta substansi dengan uraian original pada orang Islam, seperti yang dilakukan Ibn Rusyd. Kaum Muslimin juga mengkonsolidasikan antara agama dan filsafat dengan cara yang adil, seimbang dan rasional pada saat itu.
Pengetahuan Greco-Muslim ini pada akhirnya sampai ketangan bangsa Eropa melalui universitas-universitas serta perpustakaan-perpustakaan yang didirikan dinasti Umayyah di Andalusia. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam tetapi pengetahuan yang di dapat dari umat muslim itu menyadarkan bangsa Eropa dan pada akhirnya membangkitkan gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (raenaissence) pada abad ke-14 M yang bermula dari Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.

By profil on Senin, 09 Januari 2012 | A comment?
0 responses to “Andalusia Jejak sejarah Islam yang hilang”

Leave a Reply